Selasa, 15 September 2015

GERIMIS

Hari ini gerimis datang lagi. Titik-titik air mengembun begitu saja di kaca jendela kamarku. Ada yang aku tunggu. Sayangnya, sebelum dia datang, deras tak sabar menyerbu. Mendentingkan gelegar-gelegar petir yang menciutkan hatiku. Ah, penantianku sepertinya masih panjang.

.......
Sisa-sisa aroma hujan masih menyelimuti pagiku. Rasanya aku enggan beranjak dari selimut hangat yang menemaniku. Meski kurasa takkan sehangat peluknya. Aku selalu membayangkan tubuh itu mendekapku dan menghalau rasa takutku akan dingin yang tak segan-segan menjalar dengan ganasnya pada tubuhku.

07.00
Sudah siang. Aku akan terlambat lagi. Akhir-akhir ini aku tak bisa bangun pagi. Mataku terlalu tak bersahabat dengan fajar. Entahlah. Sepertinya benar yang dia katakan. Aku manja. Meski tak bisa bermanja padanya.

Kantor
Suara keyboard laptop mulai terdengar berisik. Semakin cepat ditiap detiknya. Aku melirik jam tangan kesayanganku. Ah, aku rindu ibu lagi. Ibu selalu berhasil membuatku cengeng dalam sekejap. Dia juga....

Lunch
Rutinitas terfavoritku adalah saat ini. Menikmati sepiring makan siang yang tak perlu kubayar meski aku meminta 2 porsi. Orang bilang badanku makin kurus. Tak apalah, toh dia bilang aku tetap manis.

Gerimis
Pulang. Aku sudah siap beranjak tatkala kulihat mendung kembali membayang. Aku benci mendung. Mendung membuatku berjika-jika. Jika hujan? Jika tidak? Jika gerimis? Jika dia datang?
Ini gerimis kesekian. Dan dia tidak datang.

Di gerimis yang mana?
Aku tidak tau
Tapi akan menunggu
Seperti langit yang membiru
Maupun pucat abu-abu
(Re, 15'09'15: 23.15)